Desa Menari, Menebar Harmoni Merajut Inspirasi Menuai Memori

dokpri. Para penari dari Desa Menari, Tanon

Alunan suara gamelan nan rancak seolah menyambut kedatanganku dan rombongan ketika tiba di Desa Menari yang ada di lereng Gunung Telomoyo. Kedatangan kami ke Desa Menari ini karena ingin menghadiri Festival Lereng Telomoyo, yang diadakan di Desa Menari, bulan Oktober tepat 4 tahun lalu. 

Aku dan teman-teman pun mendekat ke arah sumber suara. Nampak di panggung, anak-anak sedang menari dengan lincahnya. Aku yang baru pertama kali menyaksikan pertunjukan itu, merasa takjub melihat kekompakan anak-anak menari.

dokpri. Anak-anak menari tari geculan bocah

Adalah Trisno, pemuda asal Desa Tanon yang menjadi penggagas Desa Menari ini. Usai menyelesaikan pendidikannya di Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kang Trisno yang merupakan pemuda pertama asal Desa Tanon yang menjadi sarjana. Kang Trisno memutuskan untuk kembali ke desanya untuk membangun desanya. 

Sebelumnya, rata-rata penduduk Desa Tanon merupakan peternak sapi perah. Kang Trisno ingin mengembangkan desanya dengan beralih ke desa wisata. Supaya lebih mudah dikenal dan dikenang, Kang Trisno membuat brand Dusun Tanon dengan sebutan “Desa Menari”. 

Para wisatawan yang berkunjung ke Desa Menari akan disajikan berbagai kesenian di antaranya penampilan tari Topeng Ayu, Kuda Debog, Kuda Kiprah dan Warok Kreasi yang dibawakan penduduk dari orang tua hingga anak-anak Desa Tanon.

Berdiri sejak tahun 2012, tidak membuat Desa Menari tenggelam oleh zaman. Justru semakin maju dan dikembangkan oleh berbagai pihak. Perkembangannya pun bisa dibilang cukup cepat. Tahun 2012 gagasan tersebut tercipta, lalu 2015 Astra pun melirik dan 2017 menjadi Kampung Berseri Astra. 

Semua itu tentu tidak lepas dari peran dan kontribusi berbagai pihak. Khususnya peran Astra yang turut memberikan apresiasi berupa predikat Kampung Berseri Astra kepada Dusun Tanon setelah survei lapangan.

dokpri. Kang Trisno bersama Ibu Wiwik Setyowati, Manager Environment and Social Responsibility Division PT. Astra International Tbk

Dengan berpegang teguh pada misi utama yakni, pelestarian budaya. Khususnya budaya tari, Topeng Ayu pun menjadi ciri khas dari wisata ini. Sebenarnya tarian tersebut berasal dari Tari Purbosiswo yang menjadi tarian bentuk pelampiasan para pejuang yang sudah lama tidak melakukan olahraga bela diri.

Tari Topeng Ayu itu dari Tari Purbosiswo, tarian sejak zaman perjuangan. Jadi, tari Purbosiswo itu bentuk simulasi di zaman penjajahan, kan orang ga boleh berlatih bela diri terus para pelatih tidak kurang akal, jadi akhirnya disimulasikan dalam bentuk tarian. Aslinya gerakan pencak silat, tapi disimulasikan jadi gerakan tari dengan memakai musik. 

Di desa wisata menari ini, selain belajar menari wisatawan ini bisa melakukan aktivitas lain seperti out bond, melakukan dolanan ndeso seperti gobak sodor, belajar membuat susu sabun, belajar membuat makanan olahan, serta menabuh gamelan. 

meski begitu Kang Trisno tidak ingin menjadikan desanya sebagai destinasi wisata murni, melainkan sebagai laboratorium sosial baginya. Mengapa begitu? Karena ia mengkhawatirkan pengunjung yang membludak bakal merusak kondisi alam sekitar. Tentu hal ini akan membawa dampak buruk bagi kehidupan masyarakat desa Tanon kedepannya. 

Saat ini, sebagai pelopor desa wisata menari, Kang Trisno berusaha untuk terus berkarya, berkreasi, dan berinovasi. Sudah ada banyak wisatawan yang datang dan merasa senang sebab, kini beragam paket wisata yang ditawarkan  sangat berkesan.

Tak hanya mempersembahkan kesenian tari, kini wisata kuliner juga jadi penunjang pariwisata ini. Apalagi di sana juga terdapat pasar rakyat yang menyediakan berbagai jajanan dan makanan khas daerah seperti nasi jagung, sayur bobor, dan lain-lain. Para pengunjung bisa menjajaki setiap makanan yang disediakan sesuai dengan paket wisata yang dipesan.

#SemangatUntukHariIniDanMasaDepanIndonesia #KitaSATUIndonesia

dokpri. Aku (tengah berkacamata) dan teman-temanku di gapura desa menari, Tanon




Posting Komentar

0 Komentar