
Melakukan manajemen risiko di suatu perusahaan sangat penting untuk menyeimbangkan strategi bisnis dan meminimalisir risiko kerugian dalam menjalankan bisnis. Penerapan manajemen risiko yang baik akan menghasilkan kesehatan perusahaan yang stabil, baik dari sisi finansial maupun operasional. Selain itu, perusahaan juga dapat memanfaatkan dan memaksimalkan peluang yang terkait dengan pencapaian visi dan misi perusahaan.
Menurut Thomas Stanton dari Universitas Johns Hopkins dan President of the Association for Federal Enterprise Risk Management (AFERM), poin penting dalam manajemen risiko perusahaan justru bukan untuk menciptakan lebih banyak birokrasi, namun untuk mengidentifikasi risiko-risiko besar yang berpengaruh langsung terhadap perusahaan. Bagian yang sangat penting dalam penerapan proses manajemen risiko di suatu perusahaan adalah penerapan Key Risk Indicators (KRI).
Berikut adalah penjelasan umum tentang konsep dari pentingnya penggunaan KRI dan sedikit gambaran atau contoh bagaimana penggunaannya di perusahaan-perusahaan.
Key Risk Indicator (KRI)
Key risk indicator merupakan indikator dari kemungkinan munculnya suatu dampak berupa kerugian di masa yang akan datang. Dampak inilah yang akan dilihat menjadi indikator agar dapat dimitigasi sehingga tidak terjadi sesuatu hal yang bisa menyebabkan kerugian dan kegagalan dalam bisnis serta menganggu proses pencapaian tujuan perusahaan.
Terdapat tahapan proses dalam menerapkan KRI, yaitu:
1. Memahami sasaran perusahaan, dan mengetahui risiko yang berpotensi menghambat pencapaian sasaran.
2. Setelah mengetahui daftar risiko, cari risiko-risiko kunci yang masuk ke daftar risiko paling signifikan dan paling menentukan pencapaian sasaran.
3. Cari akar penyebab/pemicu atau root cause munculnya risiko-risiko kunci tersebut.
4. Kemudian, carilah indikator-indikator apa saja yang bisa digunakan untuk dijadikan alat ukur dalam menilai/memonitor seberapa besar pengaruhnya terhadap risiko-risiko kunci yang ada.
5. Setelah menemukan indikator-indikator risiko, pilih indikator kunci yang paling signifikan dan paling relevan terhadap root cause sebelumnya.
Jika tahap-tahap diatas sudah dilakukan, maka bisa ditetapkan sebagai KRI. Telah disebutkan bahwa KRI adalah bagian yang sangat penting dalam penerapan proses manajemen risiko dimana juga memiliki keterkaitan dengan indikator-indikator lainnya. Dalam manajemen risiko, terdapat dua jenis indikator, yaitu leading indicator dan lagging indicator.
Leading indicator adalah indikator untuk memprediksi kejadian di masa depan serta dapat mengubah kejadian tersebut. KRI masuk dalam leading indicator karena memiliki fungsi untuk memberikan informasi risiko yang akan terjadi di awal waktu. Adapun indikator lain yang masuk dalam leading indicator adalah KCI (Key Control Indicator) yang juga disebut sebagai current indicator atau indikator untuk mengukur pencapaian tujuan perusahaan saat ini.
Lagging indicator merupakan indikator dari suatu kejadian yang sudah terjadi dengan dampak dari kejadian itu sendiri. Misalnya adalah kurangnya aktivitas membersihkan badan (leading indicator) daapt menyebabkan gangguan kesehatan kulit hingga infeksi (lagging indicator).
Indikator lain yang terkait dengan KRI adalah KPI (Key Performance Indicator), yang merupakan indikator untuk mengukur performa atau pencapain hasil akhir dari tujuan perusahaan pada periode yang telah ditentukan, dimana KPI masuk dalam lagging indikator.
Dalam penerapan proses manajemen risiko bisnis sesuai dengan ISO 31000, urutan indikator yang digunakan adalah key risk indicator, key control indicator, dan key performance indicator. Apabila ketiga indikator tersebut telah dilaksanakan dengan baik sesuai tahapan yang benar, maka kesempatan untuk mencapai tujuan perusahaan bisa dimiliki dan bahkan dapat melampaui target.
Agar lebih terintegrasi dalam melakukan proses manajemen risiko perusahaan, gunakan layanan broker asuransi yang bisa membantu dan memberikan manfaat ekstra misalnya broker asuransi terkemuka, Marsh Indonesia. Marsh sudah sangat berpengalaman dalam membantu ribuan perusahaan di Indonesia dalam mengidentifikasi dan menjamin risiko agar bisnis perusahaan berjalan lancar dan berkembang, serta risiko kerugian secara finansial bisa diminimalisir.
0 Komentar